KAK HEE, INI IKEUU.

Warn: lil-space

noa.
3 min readApr 8, 2023

--

Punya latar belakang anak rantau membuat Heeseung super hemat untuk kebutuhan sehari-harinya. Dia harus rela berjalan kaki, menjajaki jalanan ibu kota yang panasnya menyengat demi sampai ke tujuan.

Omong-omong, pemuda dua puluh satu tahun ini seorang penulis—baru berani meniti karir setelah merasa dapatkan pekerjaan enak dengan gaji sepadan.

Namun, sudah dua bulan dia pindah ke sebuah apartemen milik Jake Sim, seorang anak konglomerat—mereka berkenalan lewat kawannya, Jay Park. Itupun setelah Heeseung mengeluh terlalu banyak waktu yang dihabiskan hanya untuk pulang pergi dengan berjalan kaki. Kebetulan, Jake butuh seorang teman dihunian nya. Jadi, Heeseung setuju.

Sejauh ini, Heeseung merasa baik-baik saja. Jake merupakan pemuda yang rajin dan sopan, ia juga tak diizinkan membayar sepeserpun atas tempat tinggal dan biaya makan. Semua ditanggung oleh Jake.

Ya, itu sangat bagus.

Malam ini, Heeseung baru pulang sekitar pukul sebelas dengan sekotak donat di tangan. Sebab, kadangkala Jake terbangun karena lapar.

Cklek!

Hening.

Ruang tengah nampak kacau. Bungkus jajanan ringan, minuman dan bekas makanan cepat saji berserakan diatas karpet. Heeseung heran, apa tadi Jake pulang membawa teman?

“Jake?”

Pemuda itu lantas menajamkan indera pendengaran begitu suara grusak grusuk tertangkap oleh telinganya.

“Hello~”

Heeseung tertegun. Jake duduk diatas ranjang—lengannya memeluk erat boneka kuromi sembari memakan coklat hingga bibirnya belepotan.

“Jake?” Panggil Heeseung sekali lagi.

“Nou nou! Jakiee sedang pergi. Ini ikeuu~”

Yang lebih tua tidak bodoh. Ia tahu, tapi tak pernah menyangka Jake punya sindrom semacam ini. Ingatan Heeseung terlempar pada naskah novel yang dalam pengerjaan miliknya. Iya, tentang sindrom peterpan.

“Oke jadi ini ikeuu? Jake pergi kemana?” Tubuh Heeseung otomatis mendekat lantas ia duduk dipinggir ranjang milik Jake, menunggu jawaban dari si lawan bicara.

Ada keheningan sesaat, Jake masih sibuk mengunyah coklat ditangan. “Jakiee sedang sedih, jadi pergi duyyuuu~ dia sedang lihat bintangg~”

Tangan Heeseung terangkat tuk elus pelan surai blond Jake. “Ikeuu mau apa?”

“Peluk kak hee!”

Kak hee.

Seulas senyum tipis muncul diwajah Heeseung. Dipanggil demikian membuat batinnya menghangat seketika.

Kedua lengan si penulis terbuka. Spontan, badan kecil tadi masuk dalam pelukan hangat Heeseung beserta boneka kuromi miliknya—yang Heeseung sendiri tak mengerti sejak kapan Jake memilikinya.

“Jakiee dan ikeuu sayang kak hee! Jakiee malu untuk biyaang ...”

Lagi, Heeseung tersenyum.

“Kak hee juga sayang Jake dan ikeuu.”

“Nouii! Kak hee hanya milik jakiee.”

Sekali lagi, pemuda itu tidak dungu. Heeseung tahu jelas apa maksud ikeuu.

Jelas bahwasannya Jake si pemilik unit apartemen ini menyukai dirinya terhitung dari bulan pertama sejak mereka tinggal bersama.

Tak usah khawatir, Heeseung juga, kok. Ia hanya ingin menunggu sedikit lagi sampai benar-benar matang untuk menyatakan cinta pada Jake.

Tetapi ikeuu mengambil alih lebih dulu.

“Terus ikeuu punya siapa?”

Bibir si manis mencebik lucu. Ditunjuknya boneka dipangkuan, “kulomi ...”

Oh tuhan, Heeseung tidak pernah berfikir untuk melihat kelucuan Jake Sim ditengah malam begini.

“Tapi kak hee mau jadi pacal jakiee?”

“Mau, kalau Jake udah nggak sedih, oke?”

Mata bulat itu berbinar. Ikeuu mengangguk paham lalu ia berdiri di atas ranjang sambil menepuk perutnya dua kali.

Sekalang, Ikeuu lapal~ gimme some snack pweasee …”

“Donat mau?” Heeseung bertanya, ia ikut larut dalam peran Ikeuu hingga merasa gemas sendiri. “Kak Hee suapi.”

***

Pukul 7 pagi, Jake terbangun. Agak merasa pening — sepertinya akibat tidur larut malam.

Selepas membilas muka, langkah kakinya spontan mengarah ke dapur. Tempat seseorang yang sibuk berkutat pada peralatan masak.

“Heeseung?”

“Sayang, kok udah bangun?”

Jake tertegun, “What the fuck, Lee Heeseung?”

--

--

No responses yet