“Yaelah, gue kira nyari mangsa. Taunya mantau calon pacar.” Helios meledek dibalik punggung Janshen. Pasalnya, beberapa jam lalu, cowok itu dengan mantap mengajak ia dan Noah keluar dari kastil katanya sih ingin cari buruan — untung Noah tidak mau, sebab harus mengerjakan tugas.
Janshen dengan mangga ditangan hasil memetik asal dari pohon milik orang, termangu menatap North dari kejauhan. Dari tajamnya indera pencium-nya, Janshen yakin tak ada setetes darah manusia mengalir di tubuh North — tapi apa pedulinya? yang jelas, anak itu sangat mengganggu atensinya sejak kejadian di rooftop beberapa minggu lalu.
“Beneran suka?”
Janshen mengendik, “Gak tau.”
“Katamu dia bukan manusia?” Helios melangkahkan kaki dengan ringan, mengikuti tiap langkah yang dibuat Janshen didepannya.
Iya tau, bukan manusia. Ya, apa salahnya?
“Udah beneran move on?”
Sial, ia kembali diingatkan. Janshen menghentikan langkah tiba-tiba, membuat Helios nyaris merosot jatuh menghantam tanah kalau saja tak membuat jarak agak jauh dengan sang adik.
“Belum. Tapi apa salahnya?”
Amatheia mungkin telah abadi. Seratus tahun sudah ia menanti, nyatanya, nihil ia dapatkan. Gadis itu tidak kembali.
“Menurut gue North mirip Theia. Dari bentuk mata sampai postur tubuhnya. Cuma beda jenis kelamin aja.”
Janshen mengangkat kepala, “Lo juga mikir gitu?”
Noah menatap Helios dan Janshen tajam — setelah mendengar cerita sang kekasih barusan. Ternyata agak gawat membiarkan mereka berdua pergi sendiri, sebab, ada saja hal ajaib yang terlintas dipikiran mereka.
“Kalaupun Amatheia berhasil nempuh reinkarnasi, dia bakalan jadi vampir berdarah murni—ini udah disebutin di buku punya kakek—”
“—atau serigala.” potong Janshen.
Helios mengernyit, “Maksudnya?”
“Dia mati dibawah kaki serigala. Dia ngejual nyawanya ke salah satu kelompok alpha paling kuat, dimasa itu. Buat gue.”
Noah menegak air mineral ditangannya, “Gue makin ga ngerti.”
Helaan nafas lelah, meluncur dari kerongkongan Janshen. Dalam hati menimbang, apakah ini waktu yang tepat untuk jujur — atas semuanya, dimasa lalu.
“Lo tau sendiri kita vampir campuran. Lo sama gue itu dominan rubah — disini yang murni cuma lo, Helios. Dulu, Amatheia bangsawan vampir, papa ga setuju karena ini berpengaruh banget sama kelompok kita.”
Helios menggigit bibirnya, menunggu Janshen melanjutkan ucapannya.
“— Suatu waktu, kita ketemu sama The Witch. Dia bilang, Amatheia bisa reinkarnasi jadi manusia seutuhnya sedangkan gue ngga karena ya, kita beda. Dengan syarat, ngejual jiwa dia ke Pack Alpha lereng gunung — ”
“Gila.” Noah berdesis. “Pack Alpha itu kuat banget, mereka punya enigma sama 4 alpha dominan.”
Nampak seperti mitos, namun begitulah adanya.
Janshen berdecak, “Mau dilanjutin ga nih?”
“Oh iya, lanjut.”
“— Jadi gue ngerasa janggal soal apa yang dibilang sama Noah tadi.”
“Gue yakin dia jadi werewolf.”